
karya: Arum Barkah
Pada perkara yang seperti apa lagi
segala rasa untuk perjumpaan harus ku atasi?
Sedangkan dalam nyatannya,
Keheningan saja tidaklah cukup
bahkan tidaklah mampu memecah bibir untuk berkata mesra.
Kita. Kau bicara. Akupun bicara.
Namun konteks kita pada jiwa lain yang selalu kau cumbu mesra.
Lalu? Separuh bagianku ada di mana?
Ada sebuah tanya yang ku simpan dari bilik waktu,
Tentangmu.
Pertanyaan teramat sederhana perihal pengaruhku bagimu, atau
Siapa sebenarnya aku bagimu?
Lembaran-lembaran bait puisi yang kau tulis dengan makna mesra,
Aku sempat percaya diri bahwasannya itu tertuju padaku, tapi sudahlah.
Tujuannya bukan aku kan?
Kamu bercanda ya? Lewat mata jahilmu, masih selalu kau koyakkan hatiku,
Suara merdumu, berbanding terbalik pada kelakuanmu terhadapku
Aku selalu tertawa dalam keadaan yang harusnya setiap orang bimbang,
Itulah alasan mengapa sampai sekarang aku sedemikian mengagumimu.