Template ini gratis jika anda ingin mendapatkannya unduh disini Download Now!

Analisis - Novel Merahnya Merah (Iwan Simatupang)

sumber gambar: goodreads.com

penulis analisis: Siti Rohmah

Novel Merahnya Merah merupakan novel yang megisahkan tentang kehidupan para gelandangan yang kisahnya diwarnai bumbu-bumbu cinta. Cinta antara Tokoh Kita, Fifi, Maria, Pak Centeng dan bekas tukang becak. Tokoh Kita merupakan seorang gelandangan. Namun, dahulu ia merupakan seorang yang cukup besar dan banyak dikenal orang. Tokoh kita memiliki memiliki harga diri yang tinggi ia tak pernah meminta-minta, dan tak ingin mengikuti kebiasaan-kebiasaan kaum gelandangan. Selain itu, tokoh kita juga merupakan sosok penolong. Ia mau membantu Fifi untuk mendapatkan tempat tinggal, yaitu dengan menitipkannya ke gubuk Maria untuk tidur.

Tokoh Kita menaruh hati pada Fifi yang merupakan seorang gadis berusia 14 tahun. Ia sudah tak memikiki siapa-siapa ayahnya mati digorok sedangkan ibu dan kakak-kakaknya menghilang sehingga ia hidup seorang diri. Ia merupakan gadis yang baik hati namun karena sifat polosnya itu ia terjerumus menjadi seorang pelacur demi mencari nafkah. Perasaan cinta antara Tokoh Kita dengan Fifi telah telah membuat Maria cemburu.

Maria sendiri  merupakan seorang pelacur penghuni perkampungan gubuk-gubuk kecil di balik belukar dan alang-alang di tengah lapangan. Dilihat dari segi kecantikan Maria bukanlah wanita yang dapat disebut cantik. Malah sebaliknya! Tubuhnya terlalu besar, tinggi, dia pun sudah jauh dari sifat-sifat wanita. Dahulu ia ingin menjadi jururawat tapi karena ia tak bisa melihat darah maka cita-citanya gagal. Ia memang orang  yang sedikit rewel dan galak, namun sebenarnya ia memiliki hati yang baik dan suka menolong. bahkan Maria sudah dianggap sebagai ibu para gelandangan di kampung itu. Kebaikan hati dan tampang Maria yang mereka sebut eksotis itu membuat Pak Centeng dan Bang Becak sangat menginginkan Maria.

Pak Centeng merupakan seorang yang di anggap jagoan di kalangan para gelandangan. Ia sangant ditakuti oleh para gelandangan lainnya, ia merupakan orang yang suka dengan kesuksesan. Bahkan ia ingin terlibat separah-parahnya dalam peristiwa apa saja, demi sukses. Kadang polisi juga sering meminta bantuannya untuk mencari penjahat, anak hilang, dan sebagainya. Namun, ia merasa harga dirinya jatuh dan merasa malu karena ia yang dianggap sebagai jagoan yang paling disegani di seluruh kota dan sekitarnya, untuk pertama kalinya mengalami kegagalan. Ia gagal menemukan Fifi.

Sedangkan Bekas tukang becak ini, merupakan jagoan kedua setelah pak centeng. Ia adalah saingan pak Centeng dalam memperebutkan Maria, Ia suka memancing emosi pak Centeng dengan berdebat sehingga mereka berdua hampir saja saling membunuh. Namun demi keutuhan kaum gelandangan, mereka bisa saling bekerjasama. Terutama bekerjasama dalam mencari Maria yang dianggap sebagai ibu di perkampungan gubuk-gubuk kecil yang mereka tempati.

Latar pada novel merahnya merah mengambil tempat di sebuah perkampungan gubuk-gubuk kecil di balik belukar dan alang-alang. Tempat lain yang terdapat dalam cerita adalah Setasiun, di alun-alun, dalam Gubuk Maria, Gereja, Kantor polisi, dan Kuburan.

Kejadian-kejadian yang terjadi dalam novel Merahnya Merah terjadi pada wahtu Siang hari yaitu ketika Tokoh Kita berada di setasiun kereta api, Menjelang dinihari pada saat Maria menangis di gubugnya, selain itu ada pada waktu pagi hari yang ditunjukkan pada saat ayam berkokok di kejauhan, pada waktu Tengah malam yang ditunjukkan dalam “hari dalam pada itu, sudah tengah malam pula. Mungkin sudah lewat tengah malam”. Kemudian seting waktu ditunjukkan pada waktu sore menjelang malam yaitu ketika “Matahari telah terbenam. Onggokan-onggokan jingga di langit barat membawa malam”

Latar kehidupan sosial yang tergambar dari novel Merahnya Merah adalah latar kehidupan para gelandangan di gubuk-gubuk kecil di sebuah perkampungan di balik belukar dan alang-alang ditengah lapangan, dimana matapencaharian wanitannya adalah sebagai pelacur. Salah satu gelandangan itu adalah Maria yang dianggap sebagai wanita yang memiliki hati yang sangat baik, sebab setiap hasil kerja Maria setelah bermalam dengan seorang laki-laki, selalu ia berikan sedikit kepada teman-teman gelandangan lainnya untuk keperluan mereka. Maria disana ibarat ibu dari para gelandangan yang dijadikan tempat terakhir untuk meminta bantuan. Mereka menganggapnya sebagai tempat pelarian terakhir, yang aman. Dalam hidupnya mereka suka berbagi entah itu berbagi kesenangan ataupun kesedihan. Namun yang sangat disayangkan mereka juga saling berbagi kepuasan yaitu berbagi tubuh mereka tanpa menikah terlebih dahulu. Bahkan termasuk Tokoh Kita yang mau melayani wanita-wanita di kampung itu dengan alasan pertemanan.

Suasana yang tergambar dalam novel Merahnya Merah yaitu suasana yang menegangkan dan menyedihkan. Suasana menegangkan terlihat ketika bekas tukang becak menebas kepala tokoh kita serta ketika polisi menembak kepala bekas tukang becak hingga kepalanya terdapat lobang menga-nga. Selain ketegangan yang tergambar, dalam cerita juga tergambarkan suasana yang menyedihkan ketika Fifi harus kehilangan keluargannya. Ayah fifi tewas digorok gerombolan kampungnya sedangkan Ibunya, kakak-kakaknya dan dia sendiri, mereka perkosa beramai-ramai. Kemudian pada pagi harinya Fifi kehilangan Ibu dan Kakak-kakaknya, kemudian Fifi bersama para tetangganya mengungsi ke kota. Karena ia sudah tak memiliki apa pun, akhirnya ia merelakan barang yang masih punya harga bagi orang lain yaitu menjadi pelacur.

Alur yang digunakan dalam novel Merahnya merah adalah alur campuran. Kejadian yang digambarkan terkesan meloncat-loncat maju mundur. Alur campuran tersebut terlihat sejak halaman pertama yang menunjukkan berbagai kejadian yang di alami tokoh kita pada masa sebelum revolusi, selama revolusi, dan di akhir revolusi. Setelah menceritakan masa lalu tokoh kita kemudian diceritakan masa kini ketika tokoh kita menjadi seorang gelandangan. Kemudian kembali lagi menceritakan masa lalunya ketika mengantarkan Fifi ke gubug-gubug kecil kemudian menceritakan kehidupan Fifi di kampung gelandangan dan menceritakan penemuan mayat. Lalu peristiwa hilangnya Fifi secara misterius yang kemudian diketahui ternyata Fifi dibunuh Maria.

Adapun tema yang diangkat dalam novel Merahnya Merah adalah tema sosial karena bercerita tentang kehidupan orang-orang yang terpaksa jadi gelandangan karena berbagai hal seperti Tokoh Kita yang menjadi gelandangan setelah keluar dari rumah sakit jiwa, Fifi yang kehilangan keluarganya, diperkosa dan tak memiliki apa-apa lagi sehingga ia terpaksa mencari nafkah di kota menjual organ kewanitaannya namun tak bertahan lama ia terkena razia, setelah ia keluar dari kantor polisi ia tak memiliki tujuan untuk tinggal, akhirnya ia dipertemukan oleh tokoh kita dengan Maria dan kemudian menumpang di gubuk Maria menjadi gelandangan. Maria adalah gelandangan yang juga melarikan diri ke kota setelah ia diperkosa, di kota ia menjadi seorang pelacur.

Bahasa yang digunakan dalam  novel Merahnya Merah sangat sulit dipahami apabila hanya membacannya sekali. Gaya bahasanya adalah  metonemia yaitu bahasa kiasan dalam bentuk penggantian  nama atas sesuatu. Contoh bahasa metonemia pada novel Merahnya Merah adalah  kutipan “Langit tak bening lagi. Kelompok-kelompok embun dari arah pantai, buru memburu menuju selatan,”(Simatupang, 1995:12). Dalam kutipan tersebut terdapat kiasan langit tak bening istilah bening biasanya menggambarkan sesuatu yang tembus cahaya seperti kaca atau air, sebenarnya langit bisa disebut cerah atau mendung. Sedangkam memburu merupakan suatu aktifitas yang dilakukan manusia, namun dalam novel tersebut memburu digunakan untuk benda mati.

Amanat yang ingin disampaikan pengarang dalam novel Merahnya Merah yaitu jangan pernah menyerah pada suatu keadaan yang membuatmu terpuruk. Dengan cobaan-cobaan yang datang seharusnya kita menjadikan cobaan itu sebagai pembelajaran hidup sebagai perbaikan diri serta dengan cobaan kita bisa ambil hikmahnya.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam novel Merahnya Merah yaitu nilai agama, nilai sosial, nilai moral.

Nilai agama atau religius dalam novel merahnya merah terlihat saat ada seorang tawanan yang sembahyang, berlutut secara katolik sebelum ia di panggal oleh tokoh kita di bukit Gol gotha. Ia berdoa “Atas nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, amin!”

Niliai moral yaitu nilai yang berkaitan dengan akhlak atau tingkah laku, nilai moral dapat berupa moral baik bisa juga nilai moral buruk. Nilai moral yang buruk dalam novel Merahnya merah ditunjukkan kata kata Maria dalam kutipan “Pergi! Pergi! Aku tak ingin melihat muka mu” (Simatupang, 1995:9) dalam kutipan tadi nilai moral yang buruk, yaitu Maria yang sangat galak dan kasar mulutnya pada orang lain. Selain orangnya yang kasar ia juga memiliki akhlak atau kelakuan yang buruk, yaitu melakukan pembunuhan terhadap Fifi.

Nilai sosial yang ditunjukkan dalam novel Merahnya Merah yaitu pergaulan Maria denag para gelandangan di kampung gelandanagn. Maria selalu menolong orang-orang yang ada dalam kesusahan. Maria sudah di anggap sebagai ibu dari para gelandangan di kampung mereka. Semua laki-laki ataupun perempuan kalau ada apa-apa atau dalam kesusahan selalu datang ke Maria. Termasuk Fifi yang juga minta tolong Pada Maria untuk dapat menumpang di gubuk Maria.
Tingkat pengalaman jiwa pengarang sudah mencapai tingakatanan anorganis, vegetatif, animal, human, dan religius.

Tingkat pengalaman jiwa pengarang pada tingkatan anorganis terlihat pada gaya bahasa yang digunakan pengarang yang menggunakan gaya metonemia yaitu bahasa kiasan dalam bentuk penggantian  nama atas sesuatu. Contohnya seperti “Langit tak bening lagi. Kelompok-kelompok embun dari arah pantai, buru memburu menuju selatan,”(Simatupang, 1995:12). Dalam kutipan tersebut terdapat kiasan langit tak bening istilah bening biasanya menggambarkan sesuatu yang tembus cahaya seperti kaca atau air, sebenarnya langit bisa disebut cerah atau mendung. Sedangkam memburu merupakan suatu aktifitas yang dilakukan manusia, namun dalam novel tersebut memburu digunakan untuk benda mati.

Tingkat pengalaman jiwa pengarang vegetatif digambarkan pengarang dalam novel sehingga menimbulkan suasana misalnya suasana siang digambarkan dengan kata kata “Matahari menancap tinggi di langit. Udara gerah,” (simatupang, 1995:5)

إرسال تعليق

Silakan berkomentar dengan sopan. Centang Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi dari komentarmu. :)
tesssssssss
tesssssssss
Cookie Consent
We serve cookies on this site to analyze traffic, remember your preferences, and optimize your experience.
Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.