sumber gambar: goodreads.com
penulis kritik: Siti Rohmah
Dalam novel yang berjudul Merahnya Merah, Iwan Simatupang berhasil membangun karakter penokohan. Watak antar tokoh digambarkan begitu beragam. Tokoh tersebut adalah Tokoh Kita yang memiliki karakter penokohan yang pemberani, setia kawan, penyayang dan penolong. Ia menolong Fifi mencarikan tempat tinggal, sangat menyayagi temannya yaitu Maria, ia berani mengambil resiko, rela berkorban dan memiliki harga tinggi yang tinggi sehingga ia tak pernah minta-minta. Tokoh selanjutnya yaitu Maria, dalam novel tersebut penulis berhasil menggambarkan sososk Maria yang memiliki sikap penolong dengan digambarkan bahwa ia selalu menolong orang yang dalam kesusahan, ia selalu terbuka terhadap siapa saja tanpa pilih kasih. Karakter Maria patut menjadi contoh bagi masyarakat dalam berinteraksi. Selanjutnya penokohan tokoh Fifi yang di gambarkan sebagai sosok gadis polos, penulis berhasil menggambarkan sosok Fifi yang begitu mudah terjerumus ke hal-hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Ia rela menjual kewanitaanya hanya demi mencari nafkah. Kemudian ada Pak Centeng yang yang tulus, ia rela membantu sesama dan juga membantu polisi.
Melalui penokohan Iwan seolah ingin menyampaikan kritik sosial terhadap masyarakat karena kejadian serta perilaku tokoh yang ada dalam novel nyatanya juga terjadi pada jaman sekarang di masyarakat. Banyak sekali perilaku dalam masyarakat yang mirip dengan isi ceerita Merahnya Merah.
Latar setting pada novel tersebut sudah digambarkan begitu jelas. Seperti latar tempat yaitu perkampungan gubuk-gubuk kecil di balik belukar dan alang-alang, setasiun, di alun-alun, dalam Gubuk Maria, Gereja, Kantor polisi, dan Kuburan. Suasana tegang dan menyedihkan serta waktu siang, malam dinihari yang sudah di paparkan dengan jelas dalam cerita tersebut. Dengan didukung ilustrasi-ilustrasi yang diceritakan dalam novel.
Cerita semakin menarik karena mengangkat tema tentang kehidupan orang-orang yang terpaksa jadi gelandangan karena berbagai hal. Seperti Fifi, Maria yang disebabkan oleh kebutuhan materi dan juga tokoh kita yang mencari kebenaran dalam menjalanni hidup.
Alur dalam novel tersebut membuat bingung karena susunan ceritanya tidak teratur, cerita yang tersaji terkesan meloncat-loncat tak beaturan. Kadang alur ceritanya maju mundur secara mendadak dalam beberapa sub bab, sehingga sulit untuk memahami alur ceritanya. Pengarang terlalu bertele-tele dalam ceritanya, seperti ketika menceritakan hilangnya Fifi yang hilang misterius, kemudian diikuti hilangnya Maria dan Tokoh kita, lalu tiba-tiba diketahui Fifi mati dibunuh.
Dari segi bahasa yang digunakan Iwan dalam novelnya Merahnya Merah terlalu berbelit-belit dan cukup sulit untuk dipahami jika hanya sekali saja membacanya. Karena ceritanya terlalu muter-muter hingga sulit ditebak endingnya.
Dari segi isi Iwan tidak hanya sekadar menceritakan tentang kehidupan serta cobaan-cobaan yang dialami para gelandangan. Namun, cerita yang dikemas oleh Iwan tersebut juga mengandung pesan bagi pembaca agar jangan mudah menyerah pada suatu keadaan yang dapat membuat terpuruk. Kemudian setelah membaca novel tersebut pembaca dapat mengambil hikmah atau pelajaran dan nillai-nilai positif dari novel Merahnya merah.
Novel Merahnya Merah mengandung nilai estetik (keindahan) karena terdapat bahasa yang puitis seperti pada kutipan “Langit tak bening lagi. Kelompok-kelompok embun dari arah pantai, buru memburu menuju selatan,”(Simatupang, 1995:12).
Kelebihan novel ini yaitu banyak hal-hal positif yang digambarkan penulis melalui penokohan tokoh dalam novel seperti sikap tolong menolong Maria, sikap pemberani, setia kawan, penyayang dan penolong tokoh kita. Karakter pak Centeng yang suka dengan kesuksesan. Pengarang dalam novelnya sudah mencapai seluruh tingkat pengalaman jiwa, yaitu anorganis, vegetatif, animal, human dan religius.
Kelemahan novel ini yaitu novel ini terdapat tampilan cerita yang terlalu vulgar yaitu menampilkan cerita tentang nafsu berahi tokoh kita terhadap Fifi. Serta hubungan seks bebas antara para gelandangan yang sudah mereka anggap biasa. Selain itu kelemahan dalam novel tersebut yaitu menampilkan cerita-cerita mengerikan pembunuhan disertai mutilasi dan pemancungan kepala.
Dilihat dari keseluruhan cerita dapat disimpulkan, bahwa karya sastra novel Merahnya Merah buruk karena banyak perilaku-perilaku para tokoh dalam cerita yang tak pantut untuk menjadi teladan. Banyak hal-hal menyimpang, hubungan seksual bebas yang terlalu di ekspos , dan pembunuhan yang begitu mengerikan yang di sampaikan secara gamblang. Alur cerita tidak teratur sehingga sulit untuk difahami, serta bahasa yang digunahkan terlalu berbelit-belit.